Pembelajaran tak cukup di permukaan. Saat pembelajaran mendalam bertemu kebiasaan baik anak Indonesia, lahirlah pendekatan holistik yang menyatukan pengetahuan, karakter, dan aksi nyata. Menuju Pembelajaran Mendalam (Bagian 2): Oleh Syaifulloh, Penikmat Pendidikan

Setelah memahami deep thinking sebagai fondasi berpikir mendalam, kini saatnya kita menjelajahi deep learning, sebuah konsep yang terinspirasi dari ilmu saraf biologis untuk mengubah data menjadi pemahaman yang lebih abstrak dan bermakna.

Dalam konteks pendidikan, deep learning menggunakan teknologi untuk mempersonalisasi pembelajaran, menciptakan pengalaman belajar yang relevan dan berdampak.

Baca juga : Deep Thinking sebagai Fondasi Pembelajaran Mendalam

Bagian ini akan menguraikan bagaimana deep learning, bersama dengan IB Learner Profile dan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, dapat memperkuat pendekatan holistik dalam pendidikan.

Mengenal Deep Learning

Deep learning adalah cabang dari pembelajaran mesin (machine learning) yang memanfaatkan jaringan saraf berlapis (neural networks) untuk memproses data secara hierarkis. Istilah “deep” merujuk pada banyaknya lapisan dalam jaringan tersebut, yang memungkinkan transformasi data dari bentuk mentah menjadi representasi yang lebih kompleks.

Misalnya, dalam pengenalan gambar, lapisan awal mengenali garis dan bentuk dasar, sementara lapisan berikutnya mendeteksi pola-pola seperti wajah manusia. Keunggulan deep learning terletak pada kemampuannya mempelajari fitur secara otomatis tanpa rekayasa manual, menjadikannya alat yang andal untuk analisis data dalam dunia pendidikan.

Dalam praktiknya, deep learning dapat digunakan untuk:

  • Mengidentifikasi pola belajar siswa,
  • Menyesuaikan materi dengan kebutuhan individu, dan
  • Mengembangkan evaluasi berbasis capaian konseptual.

Teknologi ini mendukung pendekatan adaptif dan personal, memastikan setiap siswa memperoleh pengalaman belajar sesuai kemampuan dan minatnya.

Sinergi antara Deep Thinking dan Deep Learning

Deep thinking dan deep learning bersifat saling melengkapi. Jika deep thinking adalah proses internal untuk memahami konsep secara mendalam, maka deep learning menawarkan dukungan teknologi untuk memperkaya proses tersebut.

Contohnya, seorang siswa yang aktif berdiskusi secara konseptual (deep thinking) dapat dibantu oleh platform berbasis deep learning yang menganalisis kemajuan belajarnya dan merekomendasikan sumber-sumber belajar tambahan. Sinergi ini menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan berkelanjutan, di mana siswa tidak hanya berpikir kritis, tetapi juga mendapat bantuan berbasis data untuk memperdalam pemahamannya.

Peran IB Learner Profile dan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat

IB Learner Profile mencakup atribut seperti communicatorscaring, dan reflective, yang mendorong siswa untuk berkolaborasi, memiliki empati, dan mampu merefleksikan pengalaman belajar mereka. Di sisi lain, 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat merupakan pendekatan berbasis karakter lokal yang menguatkan fondasi mental, emosional, dan sosial siswa.

Berikut adalah penjabaran tujuh kebiasaan tersebut:

  1. Bangun pagi
    Melatih kedisiplinan, kemampuan mengelola waktu, mengendalikan diri, serta menjaga keseimbangan jiwa dan raga.
  2. Beribadah
    Menumbuhkan kedekatan dengan Tuhan, memperkuat etika dan moral, serta meningkatkan kesadaran spiritual dan sosial.
  3. Berolahraga
    Menjaga kesehatan fisik dan mental, meningkatkan potensi diri, serta membentuk nilai-nilai sportivitas.
  4. Makan sehat dan bergizi
    Memenuhi kebutuhan nutrisi sebagai dasar hidup sehat, mandiri, dan produktif.
  5. Gemar belajar
    Mendorong pengembangan diri, menumbuhkan kreativitas, serta membentuk kerendahan hati dan rasa ingin tahu.
  6. Bermasyarakat
    Mewujudkan nilai gotong royong, toleransi, dan tanggung jawab sosial di lingkungan sekitar.
  7. Tidur lebih awal
    Menjaga ritme hidup sehat dengan pola tidur yang cukup dan teratur sesuai usia anak.

Ketujuh kebiasaan ini berperan dalam menanamkan nilai-nilai lokal yang memperkuat karakter siswa. Ketika dikolaborasikan dengan kerangka global seperti IB Learner Profile, pendekatan ini memperkuat integrasi antara deep thinking dan deep learning.

Misalnya, dalam proyek berbasis komunitas, siswa dapat menerapkan nilai caring (dari IB) dan gotong royong (dari 7 Kebiasaan) untuk menyelesaikan masalah lingkungan, seperti kebersihan desa. Teknologi deep learning dapat dimanfaatkan untuk menganalisis data proyek, seperti tingkat polusi atau efektivitas intervensi yang dilakukan.

Pertemuan-pertemuan internasional yang dihadiri para praktisi pendidikan IB menunjukkan bahwa integrasi nilai-nilai karakter global dan lokal ini memungkinkan siswa tidak hanya berpikir kritis, tetapi juga memiliki integritas dan kepedulian sosial. Namun, kunci keberhasilan implementasinya tetap bergantung pada kompetensi guru, yang menjadi jembatan antara teori dan praktik.

Menuju Kompetensi Guru

Bagian selanjutnya akan membahas bagaimana guru dapat mengintegrasikan deep thinking dan deep learning melalui pengembangan kompetensi yang berkelanjutan. Dengan dukungan kerangka IB Learner Profile dan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, guru diharapkan dapat menjadi fasilitator utama dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni

Sumber : https://tagar.co/pembelajaran-mendalam-dan-7-kebiasaan-anak-hebat-sinergi-untuk-pendidikan-holistik/