
Tagar.co – Keikhlasan Niat: Kunci Utama dalam setiap Ibadah adalah materi kultum yang sangat tepat disampaikan di hari pertama bulan Ramadan. Berikut naskah lengkapnya:
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt. yang telah menjadikan Islam sebagai agama rahmatanlilalamin, agama yang moderat dan penuh kasih sayang. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Saw., keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang senantiasa mengikuti ajaran beliau.
Pada kesempatan ini, izinkan saya menyampaikan sedikit renungan tentang niat dan bagaimana niat memengaruhi perbuatan atau ibadah kita, khususnya dalam konteks puasa. Niat menjadi pembuka yang menentukan keberlangsungan ibadah dan perbuatan lainnya.
وَمَآ أُمِرُوٓ إِلَّا لِيَعْبُدُو ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an: Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. (Al-Bayyinah: 5)
Ayat ini menegaskan bahwa keikhlasan dalam niat adalah inti dari setiap ibadah. Tanpa niat yang ikhlas, ibadah kita bisa kehilangan makna dan nilai di hadapan Allah.
Rasulullah Saw. juga bersabda:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan … (H.R. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menjadi landasan utama bahwa niat adalah fondasi dari setiap amal. Niat tidak hanya menentukan sah atau tidaknya suatu ibadah, tetapi juga menentukan kualitas dan nilai ibadah tersebut di sisi Allah.
Terkait dengan ibadah puasa, niat menjadi kunci keberhasilan ibadah puasa. Puasa adalah ibadah yang unik karena bersifat rahasia antara hamba dan Allah. Tidak ada yang tahu apakah seseorang benar-benar berpuasa atau tidak, kecuali Allah. Oleh karena itu, niat dalam puasa memiliki peran yang sangat sentral.
Niat puasa harus dilakukan sebelum terbit fajar, sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ
Barang siapa yang tidak berniat puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya. (H.R. Abu Dawud dan An-Nasa’i)
Kekuatan Niat
Niat ini bukan sekadar formalitas, tetapi ia adalah penentu arah dan tujuan ibadah kita. Jika niat kita ikhlas karena Allah, maka seluruh rangkaian puasa kita dari menahan lapar, dahaga, hawa nafsu, hingga menjaga lisan dan perbuatan akan bernilai ibadah.
Dari sudut pandang psikologis, niat adalah sumber motivasi yang menggerakkan seseorang untuk bertindak. Niat yang kuat dan jelas akan memengaruhi kesungguhan seseorang dalam menjalankan suatu aktivitas, termasuk ibadah.
Misalnya, ketika kita berniat puasa dengan kesadaran penuh bahwa ini adalah perintah Allah, maka kita akan lebih termotivasi untuk menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa.
Sebaliknya, jika niat kita lemah atau hanya sekadar ikut-ikutan, maka godaan untuk berbuka atau melakukan hal-hal yang mengurangi pahala puasa akan lebih mudah menguasai diri.
Sebagai ilustrasi, ada dua orang yang berpuasa: Orang pertama berniat puasa hanya karena ingin diet atau menjaga kesehatan. Meskipun ia menahan lapar dan dahaga, puasanya tidak bernilai ibadah karena niatnya bukan karena Allah.
Sementara itu, orang kedua berniat puasa semata-mata karena Allah, mengharap rida-Nya. Ia tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjaga lisannya dari gibah, matanya dari melihat hal-hal yang haram, dan hatinya dari prasangka buruk. Itulah pengaruh niat dalam beribadah.
Perbedaan niat ini akan membawa perbedaan besar dalam kualitas puasa mereka. Orang kedua akan merasakan ketenangan dan kebahagiaan spiritual, sementara orang pertama mungkin hanya merasakan lelah fisik.
Dalam psikologi, niat ikhlas dapat dikaitkan dengan motivasi intrinsik, di mana seseorang melakukan sesuatu karena kepuasan internal atau nilai yang dirasakan, bukan karena imbalan eksternal seperti pujian atau penghargaan.
Niat ikhlas juga melibatkan kesadaran diri yang tinggi, di mana individu memahami dan mengakui motivasi mereka sendiri tanpa terpengaruh oleh tekanan sosial atau keinginan untuk mendapatkan pengakuan.
Penelitian menunjukkan bahwa memiliki niat yang ikhlas dapat berkontribusi pada kesehatan mental yang lebih baik, mengurangi stres, dan meningkatkan kepuasan hidup karena individu tidak tergantung pada validasi eksternal.
Penyucian Jiwa
Sementara itu, dalam tasawuf, niat ikhlas adalah bagian penting dari proses penyucian hati. Ikhlas berarti membersihkan niat dari segala bentuk riya’ (ingin dilihat orang) dan sum’ah (ingin didengar orang), sehingga amal ibadah hanya ditujukan untuk Allah semata.
Ikhlas dianggap sebagai salah satu makam (tingkatan, kedudukan) dalam perjalanan spiritual seorang sufi. Mencapai makam ikhlas berarti telah mencapai tingkat kesadaran dan kedekatan dengan Allah yang tinggi, di mana segala tindakan dilakukan semata-mata karena cinta dan pengabdian kepada-Nya.
Niat ikhlas juga berkaitan erat dengan konsep tawakal (berserah diri kepada Allah). Seorang yang ikhlas akan melepaskan diri dari ketergantungan pada hasil duniawi dan sepenuhnya percaya pada kehendak dan rencana Allah.
Baik dari sudut pandang psikologis maupun tasawuf, niat ikhlas memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian yang sehat dan spiritual yang mendalam. Dalam psikologi, ikhlas dihubungkan dengan motivasi intrinsik dan kesehatan mental, sementara dalam tasawuf, ikhlas adalah kunci untuk mencapai kedekatan dengan Allah dan penyucian hati. Kedua perspektif ini saling melengkapi dalam memahami pentingnya niat ikhlas dalam kehidupan manusia.
Niat adalah ruh dari setiap ibadah, termasuk puasa. Niat yang ikhlas karena Allah akan mengubah seluruh rangkaian ibadah kita menjadi bernilai di sisi-Nya. Mari kita senantiasa memurnikan niat dalam setiap amal, agar ibadah kita tidak sia-sia dan mendatangkan rida Allah Swt.
Demikian, ada kurang lebihnya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Nasruminallahwafathunqarib. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. (#)
Peyunting Mohammad Nurfatoni
Sumber : https://tagar.co/kultum-ramadan-keikhlasan-niat-kunci-utama-dalam-setiap-ibadah1/