
Tagar.co – Ramadan bukan hanya bulan puasa, tetapi juga bulan Al-Qur’an. Di dalamnya terdapat keutamaan luar biasa karena Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada bulan ini sebagai petunjuk bagi manusia. Sebagaimana firman Allah Swt.
“Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (Al-Baqarah: 185)
Al-Qur’an bukan sekadar pedoman untuk ibadah, tetapi juga merupakan sumber kebenaran yang membimbing pola pikir dan kehidupan manusia. Di era modern ini, ketika informasi berlimpah dan sering kali menyesatkan, penting bagi kita untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai bingkai berpikir yang sehat. Al-Qur’an memberikan pedoman agar manusia tidak mudah terjebak dalam hoaks, fitnah, dan pemikiran yang menyimpang dari kebenaran.
Allah ﷼ mengingatkan pentingnya menggunakan akal dengan baik dalam memahami Al-Qur’an:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلْقُرْءَانَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
“Maka apakah mereka tidak mentadabburi (mempelajari dengan mendalam) Al-Qur’an, ataukah hati mereka terkunci?” (Muhammad: 24)
Akal adalah karunia Allah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Namun, berpikir sehat tidak bisa dilepaskan dari wahyu. Akal tanpa bimbingan wahyu dapat tersesat, sementara wahyu tanpa akal tidak bisa dipahami dengan baik. Oleh karena itu, memahami Al-Qur’an dengan baik adalah langkah utama untuk memiliki cara berpikir yang sehat, lurus, dan selamat.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang terjebak dalam pemikiran yang keliru karena mereka menjauh dari Al-Qur’an. Misalnya, mereka yang hanya mengandalkan logika semata tanpa mempertimbangkan nilai-nilai wahyu sering kali terjebak dalam relativisme moral, di mana kebenaran menjadi sesuatu yang subjektif dan berubah-ubah. Sebaliknya, mereka yang hanya membaca Al-Qur’an tanpa mau berpikir dan merenungi isinya bisa terjebak dalam pemahaman yang sempit dan radikal.
Rasulullah ﷺ bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ ٱلْقُرْءَانَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (H.R. Bukhari No. 5027)
Hadis ini menunjukkan bahwa interaksi dengan Al-Qur’an tidak boleh berhenti pada membaca saja, tetapi harus dipahami dan diajarkan kepada orang lain. Inilah yang akan membentuk cara berpikir yang sehat dan lurus sesuai dengan tuntunan Allah.
Selain sebagai pedoman hidup, Al-Qur’an juga merupakan sumber ilmu pengetahuan. Banyak fakta ilmiah yang telah diungkap dalam Al-Qur’an lebih dari 1.400 tahun yang lalu, yang pada masa itu masih menjadi misteri. Namun, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak ayat Al-Qur’an yang kini terbukti kebenarannya.
Salah satu contoh yang menarik adalah tentang penciptaan manusia. Dalam Al-Qur’an, Allah ﷼ berfirman:
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
“Kemudian Kami menjadikan air mani itu sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.” (Al-Mu’minun: 14)
Fakta ini baru bisa dipahami dengan jelas setelah kemajuan ilmu embriologi di abad modern. Begitu pula dengan fakta tentang perluasan alam semesta, siklus hujan, dan peran gunung dalam menjaga kestabilan bumi, semuanya telah disebutkan dalam Al-Qur’an jauh sebelum sains modern menemukannya.
Al-Qur’an bukanlah kitab sains, tetapi isinya mencerminkan kebenaran yang tak terbantahkan. Ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dan wahyu tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi. Oleh karena itu, seorang Muslim hendaknya tidak hanya membaca Al-Qur’an, tetapi juga mengkajinya dengan mendalam agar semakin yakin akan kebenaran yang terkandung di dalamnya.
Ramadan adalah waktu yang tepat untuk kembali mendekat kepada Al-Qur’an, bukan hanya dengan membacanya, tetapi juga dengan memahami dan mengamalkan isinya. Banyak umat Islam yang meningkatkan interaksi mereka dengan Al-Qur’an di bulan ini melalui tadarus, kajian tafsir, serta berusaha menerapkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara ini, mereka tidak hanya memperkaya wawasan agama, tetapi juga memperbaiki cara berpikir dan bertindak.
Sebagai umat Muslim, kita perlu menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam urusan pribadi, sosial, maupun profesional. Dengan menjadikannya bingkai berpikir, kita akan mampu memilah informasi dengan kritis, bertindak dengan bijak, serta menghadapi berbagai tantangan kehidupan dengan keyakinan yang kuat.
Semoga Ramadan ini menjadi momentum bagi kita untuk lebih dekat dengan Al-Qur’an, mempelajarinya dengan lebih serius, dan menjadikannya sebagai pedoman utama dalam berpikir dan bertindak. Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi Muslim yang taat dalam ibadah, tetapi juga cerdas dalam berpikir dan bertindak. Amin. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni
Sumber : https://tagar.co/ramadan-al-quran-dan-kesehatan-berpikir/