
Bullying, atau perundungan, adalah tindakan yang disengaja oleh seseorang atau sekelompok orang yang lebih kuat secara fisik atau memiliki kekuasaan atas orang lain, dengan tujuan menyakiti korban secara fisik maupun psikis, dan dilakukan secara berulang. Tindakan bullying mencakup beberapa aspek, yaitu fisik, verbal (seperti fitnah atau ucapan kotor yang menyakitkan), relasional, dan cyberbullying.
Untuk menekan jumlah korban dan pelaku bullying, Islam hadir dengan syariat puasa sebagai salah satu solusi. Allah Ta’ala menurunkan perintah puasa di bulan Ramadan—juga puasa sunnah lainnya—dengan tujuan agar kaum muslimin, dan masyarakat pada umumnya, menjalankan puasa dengan ikhlas karena Allah Ta’ala, serta mengikuti tuntunan Nabi Muhammad Salallahualaihiwasalam. Puasa membantu mengendalikan syahwat pikiran, hati, dan lisan agar tidak melakukan perbuatan yang mengarah pada tindakan bullying terhadap orang lain.
Sebagaimana sabda Nabi Salallahualaihiwasalam:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Artinya: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan yang haram, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makanan dan minuman.” (H.R. Bukhari No. 1903)
Hal ini dipertegas oleh firman Allah Ta’ala dalam Surah Al-Baqarah ayat 83 tentang perintah untuk bertutur kata yang santun:
وَقُولُو لِلنَّاسِ حُسْنًا
Artinya: “Dan ucapkanlah kata-kata yang baik (santun) kepada manusia.”
Bagi para pendidik dan mubalig, fenomena bullying seringkali terjadi di lembaga pesantren, sekolah, perkantoran, bahkan di media sosial (cyberbullying). Tidak sedikit korban bullying yang berakhir pada gangguan mental dan berujung pada kematian.
Bulan Ramadan disebut sebagai nasehat seribu bulan, yaitu nasehat tentang pentingnya kesabaran dalam membentuk kecerdasan emosional. Nabi Salallahualaihiwasalam bersabda:
إِذَا كَانَ يَوْمُ صِيَامِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ وَلَا يَجْهَلْ فَإِنْ شَاتَمَهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ
Artinya: “Jika sedang berpuasa, maka janganlah salah seorang dari kalian berkata keji, membuat kegaduhan, dan jangan pula berbuat bodoh. Jika ada seseorang mencacinya atau mengajaknya bertengkar, maka hendaklah ia mengatakan; ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’” (H.R. Bukhari: 1904, Muslim: 1151)
Oleh sebab itu, jika kita dicaci-maki, diolok-olok, atau diajak berkelahi oleh orang lain, tidak perlu diladeni atau dibalas. Cukup ucapkan: “Sungguh aku sedang berpuasa.” Namun, jika tindakan bullying sudah mengarah pada kekerasan fisik atau mengancam keselamatan jiwa, segera laporkan kepada pihak berwajib karena bullying tersebut sudah masuk ke ranah kriminal dan perlu diproses secara hukum.
Stop bullying, please. Wallahualamubisawab. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni
Sumber : https://tagar.co/puasa-dan-seterusnya-stop-bullying/