Cerpen Karya :
Raden Mohammad Abiy Febrian Laksonowedi
Kelas 8B
”Atna! Keluar kamu! Ayo, jangan terus sembunyi terus di dalam!”
GDOR! GDOR! GDOR!
Atna, seorang ibu rumah tangga berumur 45 tahun. Dia membuka pintu yang sedari tadi sudah di gedor-gedor keras. Membuat dirinya tidak bisa tenang.
Saat kenop pintu diputar, netra Atna bertemu dengan netra seorang laki-laki yang jauh lebih tinggi darinya. Bisa dilihat, wajahnya menunjukkan ekspresi jengkel.
”Ada… Apa ya?” Tanya Atna, membuka pintu lebar.
”Pakai tanya kamu! Heh! Itu hutang udah lima bulan nunggak. Dan kamu masih tanya ada apa!?” Protes pria tersebut pada Atna.
Dia adalah Jash. Atna memang punya hutang tiga ratus ribu… Dan dia belum membayar nya.
Atna menghela napas, ”Kan sudah ku cicil—tinggal seratus.” Balas Atna tetap tenang, itu membuat si Jash makin kesal.
”Ya iya cicil! Tapi kalau selalu cuma tiga atau empat ribu, kapan kelar nya!? Aku tidak mau menerima alasan apapun, paling telat, besok! Lunaskan!”
Setelah mengatakan itu Jash pergi meninggalkan Atna yang masih berdiri di bingkai pintu. Setelah dirasa Jash sudah jauh, barulah Atna kembali masuk ke dalam rumah, menutup pintu.
”Bunda, tadi itu siapa?” Seorang remaja laki-laki datang dengan pakaian kaos polos dan celana pendek se paha yang ia kenakan.
Atna menggeleng, ”Bukan siapa-siapa. Rasya mau makan sekarang?” Tanya Atna yang diberikan anggukan oleh sang anak.
Atna memesan lewat online, butuh waktu sekitar tiga puluh lima menit sebelum pesanan mereka tiba. Sembari menunggu, Atna mengobrol sebentar dengan Rasya.
”Kamu udah ngerjain PR?”
”Udah, bunda.”
”Susah?”
Rasya mengangguk, ”Ada lima nomor yang bikin aku bingung. Jadi ku jawab se adanya… Semoga bener.”
Atna hanya mengiyakan, dia mengambil remot TV dan menyalakan benda tersebut. Rasya sendiri kembali ke kamar. Ingin menunggu makanan sambil rebahan katanya.
Mungkin Atna terlihat sedang serius menonton TV. Tapi bukan, dia sedang memikirkan Jash …
”Uangku ada… Tapi bahan di dapur… Ck, kenapa aku tidak beli saat kemarin masih punya uang lebih sih?” Gerutu Atna pada dirinya sendiri.
Dengan kesal, Atna membaringkan diri di sofa ruang tamu. Kalau dia melunasi hutang sekarang, nanti Rasya tidak bisa makan untuk beberapa hari.
Tapi kalau tidak dibayar, akan menjalar, itu malah akan makin merepotkan dirinya. Bisa-bisa Rasya juga terkena dampak nya.
Baiklah. Dia akan melunasi nya.
°°°°°
Ke eskokan paginya. Jash sudah berdiri di depan pintu rumah Atna. Kaki nya dia hentak-hentakkan berkali-kali.
Ketika Atna keluar, ternyata Rasya juga ikut keluar. Sepertinya ia akan pergi ke sekolah.
”Akhirnya. Sekarang cepat, mana uang nya?”
”Ini… Maaf kurang sepuluh, itu uang untuk sangu anak k—”
”APA-APAAN!?” Potong Jash emosi. ”Cuma seratus, dan belum lunas!? Apa maksud nya ini!?”
”Sudah kubilang, itu sangu untuk anak ku ke sekolah.”
”Persetan! Berikan uang nya sekarang juga!” Atna tetap kekeuh menolak. Sepuluh bisa dia pinjam sebentar dari teman nya yang lain. Tidak mungkin Rasya ia biarkan kelaparan di sekolah.
Emosi Jash memuncak, dia memang temperamental, wajar jika kurang sepuluh saja dia sudah sangat tidak terima.
Dengan keras dia mendorong Atna sebagai bentuk kekesalan nya.
Kejadian itu, di lihat langsung oleh Rasya yang sedari tadi bersembunyi di dekat pagar rumah. Ia sudah menduga ada yang akan terjadi ketika melihat Jash.
Tangan Jash sudah terangkat, siap melakukan kekerasan pada Atna. Tapi untung nya Rasya berhasil bergerak lebih cepat, dia mendorong tubuh Jash dan membuat nya gagal.
”Bocah sial! Tidak usah ikut campur urusan orang dewasa kamu!”
Rasya menggeleng, ”Dia ini bunda saya. Apapun masalah nya, itu berarti masalah saya juga… Dan anda sudah mencari gara-gara dengan mendorong nya. disgusting man.”
Jash bangkit kembali, dihina seperti itu jelas membuat nya makin naik pintam. Membuat Rasya terpukul di bagian pipi, kepala nya sampai menoleh saking kerasnya pukulan Jash.
Atna menutup mulut, anak nya di pukul, karena dirinya…?
Tapi tatapan bersalahnya tergantikan, Atna melihat urat-urat nadi di tangan Rasya mulai terlihat.
Dia marah.
BUGH! Jash tersentak ketika Rasya memukul balik pipi nya. Dia tidak menduga itu.
”Bapak mau sepuluh nya kan? Baik, saya berikan, tapi setelah ini pergi.” Rasya mengeluarkan uang saku sepuluh ribu nya. Melemparkan uang kertas tersebut langsung ke muka Jash.
”Pergi.” Berdecak kesal, Jash mengambil uang yang sudah jatuh ke lantai, kemudian pergi meninggalkan Rasya yang masih berusaha menahan emosi nya.
Atna memeluk anak nya dari belakang. ”Maaf, maafkan bunda. Pipi kamu sakit? Perlu bunda obatin? Kamu nggak usah sekolah ya?” Pertanyaan bertubi-tubi dikeluarkan Atna.
Rasya menggeleng, ia tetap akan sekolah meskipun tanpa uang saku.
Ya. Pada akhirnya Jash benar-benar tidak kembali, Rasya juga tetap sekolah dan tidak makan pada akhirnya. Tapi untung, sang ayah alias Ruka kembali pulang.
Setelah mendengar cerita Atna, Ruka berinisiatif pergi ke sekolah Rasya ketika jam istirahat. Memberikan nya uang saku.
Akhirnya Rasya tetap bisa makan, hutang Atna lunas…
[ Happy end ]