Cerpen Karya :
Raden Mohammad Abiy Febrian Laksonowedi
Kelas 8B

 

Bayu. Si anak yang suka sekali menjahili anak anak lain, alasan? Seru liat reaksi mereka katanya.

Jelas itu adalah alasan yang sebenarnya tidak masuk akal. Apalagi semua kejahilannya itu hampir melewati batas semua, lebih mirip pembullyan ketimbang bercanda. Sudah banyak korban yang jadi sasaran Bayu.

Mulai dari kakak kelas, tetangga, bahkan orang asing di jalan pun dia jahili.

Mulai dari sana lah orang orang mulai tidak menyukai Bayu. Tiap dia mendekat, semua orang langsung lari, dan ada juga yang mengacuhkan nya seolah tidak ada.

Lima bulan dia dibegitukan, Bayu mulai merasa tidak enak hati, kesepian, dan sedikit mulai menyesal. Dia jadi tidak punya teman main, tidak ada yang mau mengobrol dengan dirinya. Bahkan saat dia ingin curhat pun tidak ada yang sudi.

Benar benar di kucilkan.

* • • • •

Di sekolah. Bayu duduk sendirian di salah satu meja kantin. Iya, dia tetap di jauhi.

Sudah berulang kali ia mencoba untuk minta maaf. Meskipun ada yang memaafkan, tapi mereka tetap tidak nyaman berada di dekatnya. Was was malah di jahili lagi. Itu membuat rasa bersalah Bayu makin besar.

”Habis ini ada study tour… Ada yang mau duduk di sebelahku nggak ya?” Lirih Bayu sembari memainkan makanan di atas meja.

Benar. Sekolah Bayu akan mengadakan study tour ke sebuah gunung di luar kota. Seharusnya setiap anak senang akan hal ini. Terkecuali Bayu yang takut tidak akan punya teman mengobrol nanti.

Bel berbunyi nyaring, pertanda saat nya masuk dan kembali belajar.

Bayu berdiri, melangkah menuju kelas nya.

Byur!

Satu kelas tertawa. Bayu hanya bisa diam di tempat, melihat baju seragam nya yang sudah basah kuyup. Ini juga adalah apa yang dia dapatkan beberapa bulan ini setelah mencoba minta maaf.

Semua yang pernah ia jahili balas menjahili nya. Seperti saat ini. Sebuah bak penuh air jatuh ketika ia membuka pintu.

Bayu berjalan pelan, di iringi tawaan para penghuni kelas yang puas melihat rencana mereka berhasil.

”Habis basah, mending di keringin ya nggak sih!?” Celetuk salah satu murid.

”Boleh tuh boleh!”

”Ada yang bawa pengering rambut? Sekalian badan nya keringin!”

Lagi lagi yang lain tertawa. Bayu tidak bisa berbuat apa apa karena memang dia yang memulai semua ini.

Menghela napas pasrah, Bayu hanya duduk diam, tetesan air dari ujung baju nya membasahi lantai.

Guru masuk, dan langsung memasang wajah kaget melihat Bayu yang basah kuyup sementara yang lain diam saja.

”Apa apaan ini? Bayu, kenapa kamu basah begitu?” Tanya guru yang diberikan gelengan kecil.

Para guru sadar bahwa Bayu ini sedang terkena pembalasan dendam dari teman teman nya. Tapi setelah mereka ceramahi untuk berhenti, Bayu tetap selalu terkena balasan mereka.

Guru pun menyuruh Bayu untuk pulang saja. Takut takut nanti malah keadaan semakin memburuk. Sementara ia akan menghukum satu kelas karena ini termasuk dalam pembullyan berencana.

Bayu pun mengiyakan. Dia berkemas dan pulang ke rumah. Masih dalam ke adaan basa kuyup.

”Bayu pulang…” Bayu membuka pintu pelan. Dia tidak mau langsung masuk ke dalam rumah. Nanti lantai nya ikutan basah.

Tidak ada jawaban. Ah, benar juga… Orang tua Bayu kan sedang bekerja jam segini, mana mungkin ada orang di rumah? Bodohnya dia.

Bayu masuk perlahan, dia langsung melepas baju, mencari baju dan celana ganti. Setelah memakai baju ganti yang kering, dia pun merebahkan diri di kasur. Merenungkan dirinya sendiri yang tak bisa tenang berbulan bulan lama nya.

Dia jadi takut. Saat study tour nanti apakah dia akan baik baik saja? Tidak mungkin yang lain membalas nya juga di sana kan?

Bayu jadi pusing sendiri, dia pun memilih tidur dan berharap bahwa semua nya akan baik baik saja.

Semoga…

* • • • •

Singkat cerita, Bayu dkk sudah berada di gunung. Mereka semua terpukau melihat pemandangan alami gunung tersebut yang sangat hijau dan segar. Bahkan harum nya pun khas sekali.

Semua berjalan biasa. Ternyata benar, Bayu duduk sendiri dan tidak ada yang mau bicara padanya. Kalau kalimat lainnya tuh, yang lain asyik sendiri.

Tapi saat Bayu sedang mencatat apa yang guru terangkan, salah satu murid (nama nya Rega), berjalan dan mengajak nya bicara.

”Bayu, aku tadi nemu air terjun besar lho. Kamu kayaknya dari tadi sendirian, mau ikut?” Bayu tersentak. Benar dia boleh ikut?

Bayu langsung mengangguk, Rega tersenyum dan ikut menulis… Di sebelah Bayu! Ini makin membuat Bayu berpikir bahwa Rega tidak seperti yang lain.

Selesai mencatat, guru memberikan waktu istirahat dan bermain. Anak anak boleh melakukan apapun asalkan tidak jauh jauh dari area yang sudah di tentukan.

Rega pun menarik Bayu ke air terjun yang dia ceritakan sebelumnya. Memang tidak seberapa jauh, jadinya Bayu pikir tidak akan ada masalah.

Se sampai nya di air terjun, Bayu benar benar terdiam. Indah sekali.

”Bayu, kamu suka air terjun nya?” Tanya Rega.

”Iya. Bagus banget.”

”Kalau begitu…” Rega menjeda kalimatnya. Berjalan ke belakang Bayu. ”Sana ke air terjun nya.”

Deg!

Rega… Mendorong jatuh Bayu ke air terjun. Dia tertawa, di sana ada beberapa murid lain yang ternyata sudah merencanakan ini dari jauh jauh hari.

Bayu panik, dia tidak bisa berenang lho, dan dia di dorong mendadak. Tidak ada yang mau menolong nya… Bayu makin melemah… Dan akhirnya terseret arus…

Singkat cerita. Rega dan teman teman nya di keluarkan dari sekolah. Para murid (yang kesal dengan Bayu tapi tidak ikut dalam kasus pendorongan tadi), jadi merasa bersalah.

Sebagai bentuk pengingat. Teman teman Bayu pun akhirnya mengosongkan kursi itu. Tidak ada, dan tidak pernah ada yang boleh menduduki kursi tersebut.

Hingga akhirnya beberapa tahun setelah nya, kursi itu di pindahkan ke gudang. Dengan secarik kertas menempel di atas meja tersebut.

Meja Bayu, maafkan kami.